MODEL PENGAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK PROSA FIKSI DAN DRAMA
Dalam mengajarkan sastra terkadang tidak mudah seperti yang kita bayangkan. Perlu perencanaan yang matang dan model pembelajaran yang tepat sebelum sastra diajarkan kepada peserta didik. Oleh karena itu, seorang pendidik terlebih dahulu menguasai materi sesuai keterampilan berbahasa yang akan diajarkan. Berikut materi salah satu keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak
1. Pengertian Menyimak
Menyimak berarti mendengarkan (memerhatikan) dengan sungguh-sungguh sesuatu yang diucapkan atau dibaca oleh seseorang (Depdikbud,2002). Menyimak menurut Tarigan (1990) adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memeroleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2. Tahap-tahap Menyimak
Tarigan (1994) mengemukakan sembilan tahap menyimak, yakni:
1. Menyimak secara sadar;
2. Menyimak berseling atau ada gangguan;
3. Setengah mendengarkan;
4. Menyimak bersungguh-sunggu;
5. Menyimak sekali-sekali;
6. Menyimak sosiatif;
7. Menyimak secara berkala;
8. Menyimak secara seksama;
9. Menyimak secara aktif.
3. Tujuan Menyimak
Sutari, dkk (1997:22) mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah:
1. Mendapatkan fakta;
2. Menganalisis fakta;
3. Mengevaluasi fakta;
4. Mendapatkan inspirasi;
5. Mendapatkan hiburan;
6. Memperbaiki kemampuan berbicara.
4. Jenis-jenis Menyimak
Menurut Dawson dalam Tarigan (1990), jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif yang berhubungan dengan hal-hal umum. Pelaksanaanya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir yang penting-penting saja.
Jenis menyimak ekstensif ini dapat dibagi empat:
1. Menyimak sekunder: sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya dilakukan sambil mendengarkan sesuatu;
2. Menyimak estetik: Menyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukan misalnya: lakon drama, cerita, puisi baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut merasakan, mengalami karakter dari setiap pelaku;
3. Menyimak pasif: Penyerapan suatu bahas tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pad a saat belajar dengan teliti;
4. Menyimak sosial: Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya.
b. Menyimak intensif
Menyimak jenis ini bahan-bahan yang disimak harus dipahami dan diperinci, diteliti lebih mendalam. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan dan bimbingan dari guru.
Adapun yang tergolong menyimak intensif adalah:
1. Menyimak kritis. Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memeroleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara;
2. Menyimak konsentratif. Merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik;
3. Menyimak Kreatif. Mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu;
4. Menyimak Interogatif. Kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi selektivitas, dan pemusatan perhatian karena menyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak;
5. Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan menemukan (1) hal-hal yang menarik perhatian, (2) informasi tambahan mengenai suatu topik, (3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.
5. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
Menurut Tarigan (1990), ada empat faktor untuk menentukan keberhasilan menyimak, yaitu:
1. Faktor pembicara. Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi: 1) Penguasaaan materi, 2) berbahasa baik dan benar, 3) percaya diri, 4) berbicara sistematis, 5) gaya menarik,dan 6) kontak dengan penyimak
2. Pembicaraan: 1) aktual, 2) bermakna, 3) sistematis, 4) seimbang.
3. Situasi: 1) ruangan yang memenuhi persyaratan penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan dan alat-alat lainnya, 2) waktu pagi hari saat penyimak masih segar dan rileks, 3) tenang, 4) peralatan yang digunakan mudah dioperasikan;
4. Penyimak: 1) kondisi penyimak harus baik, 2) konsentrasi, 3) bertujuan, dan 4) berminat.
6. Model Pengajaran Menyimak Prosa fiksi dan drama di Sekolah Menengah
Berdasarkan KBK 2004, kompetensi dasar menyimak prosa fiksi dan drama di SMP, yakni:
Memahami isi dongeng yang diperdengarkan ( 2 x 40 menit)
Indikator
1. Mampu menentukan tema dongeng yang diperdengarkan
2. Mampu menunjukkan relevansi tema dengan situasi sekarang
3. Mampu mengemukakan hal menarik dongeng yang diperdengarkan dengan alasan yang logis
4. Mampu menyimpulkan pesan dongeng dalam bentuk ungkapan
Kegiatan
1. Guru memotivasi dan memberi pretes
2. Guru mengadakan apersepsi
3. Siswa mendengarkan dongeng secara langsung atau melalui rekaman.
4. Siswa berdiskusi tentang tema, relevansi tema, pesan, dan hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan.
5. Siswa memperhatikan refleksi dari guru atau siswa tentang hal-hal yang di diskusikan
6. Guru mengadakan postes
7. Guru memberi PR untuk materi berikutnya.
Mendengarkan Pembacaan kutipan novel remaja terjemahan ( 3x40 menit)
Indikator
1. Mampu menentukan karakter tokoh
2. Mampu menyimpulkan tema dan latar novel terjemahan yang didengar
Kegiatan
1. Guru memotivasi dengan mengadakan apersepsi
2. Guru mengadakan pretes.
3. Siswa mendengarkan novel remaja terjemahan secara langsung atau melalui rekaman.
4. Siswa menganalisis karakter, tema, dan latar novel secara berkelompok.
5. Guru mengadakan rangkuman dan refleksi.
6. Guru mengadakan postes dan PR sekaligus mengakhiri pembelajaran.
sumber: Mahmudah, Sulastriningsih. 2007. Pengajaran Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar