KONSEP DAN DEFINISI PROSA NARASI
Prosa narasi adalah semua teks/karya rekaan yang tidak berbentuk dialog, yang isinya dapat merupaka kisah sejarah atau sederetan peristiwa. Ke dalam kelompok ini dapat dimasukkan roman/novel, cerita pendek, dongeng, catatan harian, otobiografi, anekdot, lelucon, roman dalam bentuk surat menyurat (epistoler), cerita fantastik maupun realistik.
Seperti juga puisi, prosa narasi bukanlah monopoli karya sastra, melainkan juga ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya warta berita, laporan dalam surat kabar atau lewat televisi, berita acara (Luxemburg dkk, 1984)
UNSUR-UNSUR PROSA
1.Tema cerita
2. Tokoh/ pelaku dalam sebuah cerita
3. latar ( tempat, waktu dan suasana dalam cerita)
4. Alur ( alur maju dan alur mundur)
5. Amanat (pesan moral yang ada dalam cerita)
Menurut definisinya, tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990). Disamping tokoh utama (protagonis), ada jenis-jenis tokoh lain, yang terpenting adalah tokoh lawan (antagonis), yakni tokoh yang diciptakan untuk mengimbangi tokoh utama. Konflik diantara mereka itulah yang menjadi inti dan menggerakkan cerita.Tokoh-tokoh yang fungsinya hanya melengkapi disebut tokoh bawahan. Dalam kisah Bawang Putih dan Bawang Merah, misalnya tokoh utamanya dalah Bawang putih, tokoh lawan/antagonis adalah Ibu tiri dan Bawang Merah. Akibat tindakan ibu tiri dan Bawang Merahlah maka Bawang Putih akan mengalami peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, tetapi kemudian malahan menguntungkannya.
Selaintokoh-tokoh dalam suatu narasi terdapat latar yakni segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Deskripsi latar dapat bersifat fisik, realistis, dokumenter,dapat pula berupa deskripsi perasaan. Latar adalah lingkungan yang dapat berfungsi sebagai metonimia, metafora, atau ekspresi tokohnya (Wellek dan Waren, 1989).
Namun unsur yang juga sangat penting adalah lakuan atau peristiwa, yang membentuk kerangka cerita (alur utama). rangkaian peristiwa direka dan dijalin dengan seksama membentuk alur yang menggerakkan cerita melalui rumutan ke arah klimaks dan selesaian (Sudjiman, 1990).
Peristiwa-peristiwa yang menjalinnya ada yang penting untuk jalannya cerita dan ada yang tidak penting, namun saling melengkapi untuk menjadikan kisah itu menarik. Peristiwa-peristiwa penting adalah yang memiliki hubungan sebab-akibat (fungsi utama) dan membentuk kerangka cerita. Tidak selamanya suatu kisah dijalin dengan peristiwa-peristiwa yang berlangsung dari A-Z , menurut alur kronologisnya. Pengarang dapat saja memulai ceritanya dari peristiwa X atau peristiwa G, misalnya , maka alur tersebut alur menurut teks. Contoh alur sederhana, yang sekaligus juga alur utama dan kronologis, adalah yang dibuat berdasarkan kisah Bawang Putih dan Bawang Merah seperti berikut.
1. Meninggalnya ibu Bawang Putih
2. Pernikahan ayah Bawang Putih dengan janda beranak satu: Bawang Merah
3. Perlakuan jelek ibu tiri terhadap Bawang putih
4. Hilangnya pakaian yang sedang dicuci Bawang Putih di sungai
5. Pencarian pakaian yang hilang dengan menyusuri sungai
6. Pertemuan dengan nenek gaib
7. Pemberian labu oleh nenek gaib kepada Bawang Putih
8. Pembuakaan Labu yang berisi intan permata di rumah Bawang Putih
9. Kedengkian dan iri hati Bawang Merah terhadap nasib baik saudara tirinya membawanya ke sugai
10. Pembuangan pakaian oleh Bawang Merah
11. Pencarian pakaian oleh Bawang Merah
12. Pertemuan dengan nenek gaib yang sama.
13. Permintaan Bawang Merah agar diberi hadiah.
14. Pemberian labu oleh nenek gain kepada Bawang Merah.
15. Pembuakaan labu yang ternyata berisi reptil yang berbahaya bagi Bawang Merah.
16. Kebahagian Bawang putih yang akhirnya menjadi kaya.
STRUKTUR PENCERITAAN/PENUTURAN PADA PROSA
Suatu karya sastra dikisahkan oleh "seseorang" kepada "pendengar" dan dibaca oleh pembaca. Pencerita (juru kisah) itu membawakan kisahan (narasi) di atas kertas. Ia tidak identik dengan pengarang, yakni manusia yang benar-benar ada dalam kenyataan. Kisahnya, walaupun berdasarkan kenyataan atau ada kaitannya dengan kenyataan, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kehidupan si pengarang yang sesungguhnya. Kisah itu hanyalah hasil imajinasi pengarangnya yang memanfaatkan pengalaman hidup dan hasil pengamatan terhadap manusia dan lingkungan disekitarnya.
Dalam kisahnya, pencerita sering menyebut diri "aku" atau "saya" (pencerita akuan). Pencerita akuan adalah tokoh dalam ceritanya tetapi tidak selalu tokoh utamanya.
Namun, sering kali dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokohnya dengan kata ganti orang ketiga, dia atau ia. Pencerita diaan berada diluar cerita (eksternal). Ia hanya menyampaikan suatu kisah, tetapi tidak terlibat di dalamnya.
Dalam menyampaikan kisahnya, pencerita selalu mengambil posisi dan bercerita menurut suatu sudut pandang ( point of view, point de vue). Jika ia "berada" dalam cerita sebagai tokoh ( pencerita akuan internal), pandangannya terbatas pada apa yang diketahui oleh seorang tokoh. Namun, jika ia berada di luar (pencerita diaan, eksternal), ia dapat menjadi pencerita mahatahu, yakni pencerita yang mengetahui maksud dan pikiran semua tokoh serta semua yang mereka lakukan. Semua tokoh dipandang dari dalam (fokalisasi intern).
sumber: Budianta, Melani. dkk. 2008. Membaca Sastra. Jakarta: Indonesiatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar